Meski FC Bayern Munchen tercelat dari puncak klasemen, prestasi Jupp Heynckes sebenarnya tidaklah buruk. (Foto: http://www.tageswoche.ch)
TERJUN BEBAS dari pekan ke pekan. Itulah penilaian banyak pihak terhadap FC Bayern München pada saat ini. Tak berlebihan memang. Pasalnya, dari pemuncak klasemen pada akhir paruh musim pertama, Philipp Lahm cs turun ke posisi kedua pada spieltag ke-20, lalu turun lagi pada spieltag ke-22. Sementara pada leg I babak 16-besar Liga Champions, secara mengejutkan, mereka kalah 0-1 dari FC Basel.
Terlempar dari puncak klasemen jelas membuat para petinggi Bayern gelisah. Bukan apa-apa, Die Meisterschale adalah prioritas utama meski peluang merebut Big Ear dan Der Pott juga tidak kecil. Selain para pemain yang dinilai tidak menunjukkan performa apik secara konsisten, pelatih Jupp Heynckes pun tak lepas dari tudingan. Dia dinilai tak punya Plan B ketika timnya kesulitan membongkar pertahanan lawan.
Beban itu agak terangkat ketika Franck Ribéry mencetak brace saat Bayern menang atas FC Schalke 04, Minggu (26/2). Selain mengantar Bayern kembali ke posisi runner-up, kemenangan 2-0 itu juga menunjukkan bahwa Heynckes bukanlah pelatih yang buruk. Koleksi 48 poin hingga spieltag ke-23 hanya kalah dari musim 2009-10. Ketika itu, bersama Bayer Leverkusen, Don Jupp meraih 49 angka hingga pekan yang sama.
Dari jumlah kemenangan yang diraih, Heynckes juga mengalami peningkatan pesat. Jika pada dua musim sebelumnya hanya mengukir 13 kemenangan hingga pekan ke-23 bersama Leverkusen, kini bersama Bayern, 15 kemenangan sudah berhasil dikumpulkan. Dibandingkan dengan musim lalu, Bayern pun jauh lebih baik di banyak sektor. Lihat saja beberapa perbandingan berikut.
Perbandingan Hasil 23 Pekan
|
|
2011-12 |
2010-11 |
Nilai |
48 |
42 |
Menang |
15 |
12 |
Seri |
3 |
6 |
Kalah |
5 |
5 |
Gol |
51 |
49 |
Kemasukan |
14 |
27 |
Clean Sheet |
14 |
7 |
Meski begitu, Heynckes tetap menghadapi tantangan mahabesar. Bukan apa-apa, dua musim lalu, dia tak sanggup mengangkat kembali klubnya setelah terlempar dari puncak klasemen. Pada 2009-10, dia membawa Leverkusen bertengger di posisi nomor satu dari spieltag ke-8 hingga 23. Namun, begitu tergeser pada spieltag ke-24, Werkself tak mampu bangkit dan hanya finish di posisi keempat pada akhir musim.
Sinyal kuning kian menguat menilik performa paruh kedua yang buruk. Sejauh ini, Bayern hanya meraup 11 dari total 18 poin yang bisa diraih. Padahal, dalam satu dekade terakhir, menjadi pengumpul poin terbanyak pada paruh kedua adalah syarat Bayern untuk jadi juara. Sejak 2001-02, hanya sekali Bayern gagal juara dengan predikat itu. Sementara dalam lima kali tanpa predikat tersebut, Bayern hanya dua kali juara, yakni musim 2005-06 dan 2009-10.
Sulitnya, dengan modal 11 poin pada enam laga pertama paruh kedua, peluang Bayern menjadi pengumpul poin terbanyak pada paruh kedua jelas menipis. Dalam sepuluh musim terakhir, hanya musim 2001-02 Bayern bisa menjadi pengumpul poin terbanyak paruh kedua dengan modal di bawah 13 poin dalam enam laga awal.
Menilik hal itu, Bayern dan Heynckes wajib berusaha ekstrakeras jika ingin juara. Tanpa itu, justru trophyless season yang akan dijelang. (Sepp Ginz)
Tags: Bayer Leverkusen, Bundesliga 1, FC Bayern München, Franck Ribéry, Jupp Heynckes, Louis van Gaal