Tag Archives: Franck Ribéry

Ribéry Tak Mau Plontos

24 Jan
Meski terbiasa berambut cepak, Franck Ribéry enggan berkepala plontos. (Foto: www.11freunde.de)

Meski terbiasa berambut cepak, Franck Ribéry enggan berkepala plontos. (Foto: http://www.11freunde.de)

MUSIM DEPAN, FC Bayern München akan bernuansa plontos. Selain Direktur Olahraga Matthias Sammer, akan ada pelatih Josep Guardiola yang juga berkepala botak. Namun, hal itu sepertinya tak akan menular kepada para pemain. Salah satu yang menyatakan enggan memangkas habis rambutnya adalah Franck Ribéry. Padahal, selama ini dia sangat terbiasa dengan rambut cepak yang mendekati botak.

Meski tak alergi, winger asal Prancis itu merasa tak bakal nyaman bila kepalanya plontos. “Berkepala plontos? Mengapa tidak? Kita lihat saja. Aku harus berbicara dulu dengan istriku, tapi sepertinya berkepala plontos tidak cocok untukku,” ungkap Ribéry kepada Sport1. “Mungkin dalam sepuluh tahun ke depan, aku tak akan memiliki rambut lagi karena telah rontok dengan sendirinya. Tapi, aku merasa puas dengan rambutku.”

Selain soal rambut, soal prestasi pun Ribéry tak ingin “plontos”. Dia menekankan pentingnya merebut trofi juara pada akhir musim. “Setidaknya, kami harus menjuarai Bundesliga 1. Kami telah gagal juara dalam dua musim. Itu sangat tidak baik bagi Bayern,” tutur dia. “Kami juga ingin membantu Jupp Heynckes. Kami berharap merebut gelar dan merayakannya bersama dia.”

Sementara itu, mengenai Guardiola, Ribéry menyambut baik. “Guardiola masih cukup muda, tapi sudah tahu banyak soal sepak bola. Dia juga dulunya pemain hebat. Aku harap di sini dia bisa melakukan hal yang telah dilakukan di Barcelona,” tutur pemain yang telah merasakan polesan lima pelatih sejak bergabung pada 2007-08 itu. (@SeppGinz)

Ribéry Terbaik Putaran Pertama

1 Jan
Franck Ribéry terpilih sebagai pemain terbaik putaran pertama. (Foto: www.tagesspiegel.de)

Franck Ribéry terpilih sebagai pemain terbaik putaran pertama. (Foto: http://www.tagesspiegel.de)

SOSOK Franck Ribéry kembali menyita perhatian. Setelah dihukum dua laga di DFB Pokal karena menerima kartu merah saat FC Bayern München mendepak FC Augsburg pada laga 16-besar beberapa waktu lalu, kini namanya kembali mencuat. Bedanya, kali ini berita baik yang mengiringi namanya.

Berdasarkan poling yang dilakukan Kicker terhadap 224 pemain, Ribéry terpilih sebagai pemain terbaik putaran pertama Bundesliga 1 musim 2012-13. Winger asal Prancis itu mendapatkan 35,3 persen suara. Dia mengalahkan duo timnas Jerman milik Borussia Dortmund, Marco Reus dan Mario Götze. Reus memperoleh 13,4 persen suara, sementara Götze mendulang 11,2 persen suara.

Tak bisa disangkal, performa Ribéry sepanjang putaran pertama memang sangat apik. Dialah ruh permainan Bayern. Dalam beberapa kesempatan, Die Roten tampak limbung ketika sang bintang absen. Contohnya ketika mereka menelan satu-satunya kekalahan pada putaran pertama dari Bayer 04 Leverkusen. Tanpa Ribéry, Anak-anak asuh Jupp Heynckes seolah kehilangan ide dan kehabisan kreasi dalam membongkar pertahanan Werkself.

Kontribusi Ribéry pun terlihat secara nyata dalam statistik sepanjang putaran pertama. Turun dalam 12 laga, pemain yang dibeli seharga 25 juta euro dari Olympique Marseille pada awal musim 2007-08 itu mampu mencetak 4 gol dan 7 assist. Jika ditotal, dia terlibat dalam 25 persen gol yang dicetak Bayern sepanjang putaran pertama. Dalam 12 laga bersama Ribéry, Bayern pun hanya kehilangan 4 poin. Rinciannya, 10 kali menang dan 2 kali imbang. (@SeppGinz)

Heynckes Tetap Lebih Baik

27 Feb
Jupp Heynckes

Meski FC Bayern Munchen tercelat dari puncak klasemen, prestasi Jupp Heynckes sebenarnya tidaklah buruk. (Foto: http://www.tageswoche.ch)

TERJUN BEBAS dari pekan ke pekan. Itulah penilaian banyak pihak terhadap FC Bayern München pada saat ini. Tak berlebihan memang. Pasalnya, dari pemuncak klasemen pada akhir paruh musim pertama, Philipp Lahm cs turun ke posisi kedua pada spieltag ke-20, lalu turun lagi pada spieltag ke-22. Sementara pada leg I babak 16-besar Liga Champions, secara mengejutkan, mereka kalah 0-1 dari FC Basel.

Terlempar dari puncak klasemen jelas membuat para petinggi Bayern gelisah. Bukan apa-apa, Die Meisterschale adalah prioritas utama meski peluang merebut Big Ear dan Der Pott juga tidak kecil. Selain para pemain yang dinilai tidak menunjukkan performa apik secara konsisten, pelatih Jupp Heynckes pun tak lepas dari tudingan. Dia dinilai tak punya Plan B ketika timnya kesulitan membongkar pertahanan lawan.

Beban itu agak terangkat ketika Franck Ribéry mencetak brace saat Bayern menang atas FC Schalke 04, Minggu (26/2). Selain mengantar Bayern kembali ke posisi runner-up, kemenangan 2-0 itu juga menunjukkan bahwa Heynckes bukanlah pelatih yang buruk. Koleksi 48 poin hingga spieltag ke-23 hanya kalah dari musim 2009-10. Ketika itu, bersama Bayer Leverkusen, Don Jupp meraih 49 angka hingga pekan yang sama.

Dari jumlah kemenangan yang diraih, Heynckes juga mengalami peningkatan pesat. Jika pada dua musim sebelumnya hanya mengukir 13 kemenangan hingga pekan ke-23 bersama Leverkusen, kini bersama Bayern, 15 kemenangan sudah berhasil dikumpulkan. Dibandingkan dengan musim lalu, Bayern pun jauh lebih baik di banyak sektor. Lihat saja beberapa perbandingan berikut.

Perbandingan Hasil 23 Pekan

2011-12 2010-11
Nilai 48 42
Menang 15 12
Seri 3 6
Kalah 5 5
Gol 51 49
Kemasukan 14 27
Clean Sheet 14 7

Meski begitu, Heynckes tetap menghadapi tantangan mahabesar. Bukan apa-apa, dua musim lalu, dia tak sanggup mengangkat kembali klubnya setelah terlempar dari puncak klasemen. Pada 2009-10, dia membawa Leverkusen bertengger di posisi nomor satu dari spieltag ke-8 hingga 23. Namun, begitu tergeser pada spieltag ke-24, Werkself tak mampu bangkit dan hanya finish di posisi keempat pada akhir musim.

Sinyal kuning kian menguat menilik performa paruh kedua yang buruk. Sejauh ini, Bayern hanya meraup 11 dari total 18 poin yang bisa diraih. Padahal, dalam satu dekade terakhir, menjadi pengumpul poin terbanyak pada paruh kedua adalah syarat Bayern untuk jadi juara. Sejak 2001-02, hanya sekali Bayern gagal juara dengan predikat itu. Sementara dalam lima kali tanpa predikat tersebut, Bayern hanya dua kali juara, yakni musim 2005-06 dan 2009-10.

Sulitnya, dengan modal 11 poin pada enam laga pertama paruh kedua, peluang Bayern menjadi pengumpul poin terbanyak pada paruh kedua jelas menipis. Dalam sepuluh musim terakhir, hanya musim 2001-02 Bayern bisa menjadi pengumpul poin terbanyak paruh kedua dengan modal di bawah 13 poin dalam enam laga awal.

Menilik hal itu, Bayern dan Heynckes wajib berusaha ekstrakeras jika ingin juara. Tanpa itu, justru trophyless season yang akan dijelang. (Sepp Ginz)

Shaqiri Penasaran Ribéry

14 Feb
Franck Ribery

Ulah tengil Franck Ribéry terhadap rekan-rekan seklubnya membuat Xherdan Shaqiri sangat penasaran. (Foto: http://www.focus.de)

SETELAH MEMASTIKAN bergabung dengan FC Bayern München pada musim depan, Xherdan Shaqiri mengungkapkan banyak hal tentang ambisi dan klub barunya. Satu hal yang menarik, dia menyebut Franck Ribéry sebagai sosok yang paling membuat penasaran.

Bukan karena Ribéry adalah winger hebat yang bisa dijadikan guru yang membuat Shaqiri demikian penasaran. Hal yang paling dinantikan Shaqiri adalah kejahilan winger Prancis itu yang telah sangat tersohor ke mana-mana.

“Aku telah sering mendengar bahwa Franck adalah orang yang sering menjahili teman-temannya. Itu adalah hal yang biasa kami lakukan juga di FC Basel. Jadi, sepertinya kami berdua akan bisa bersenang-senang. Aku sangat menantikan saat-saat bercanda dengan dia,” kata Shaqiri dalam wawancara dengan Sport1.

Bagi Shaqiri, bersenda gurau adalah salah satu hobinya. “Aku ini orang yang periang. Aku sering tertawa dan sering membuat lelucon. Soal yang satu ini, aku sangat menikmatinya,” tambah dia.

Ah, sepertinya para pemain Bayern harus siap-siap meningkatkan kewaspadaan. Jika dulu hanya Ribéry yang berulah tengil, bisa jadi nanti Shaqiri juga melakukan hal serupa kepada mereka. (Sepp Ginz)

Müller Hadirkan Dilema

10 Feb
Thomas Mueller

Performa apik Thomas Müller di sisi kanan kala FC Bayern München mengalahkan VfB Stuttgart di DFB Pokal menghadirkan dilema tersendiri bagi pelatih Jupp Heynckes. (Foto: http://www.torwart.de)

PUTUSAN TEPAT dibuat Jupp Heynckes kala FC Bayern München menghadapi VfB Stuttgart di perempat final DFB Pokal, Rabu (8/2). Dia menggeser Thomas Müller ke sisi kanan dan Toni Kroos dikembalikan ke posisi nomor 10. Hasilnya, permainan Bayern sangat baik. Kombinasi Müller, Kroos, dan Franck Ribéry di belakang Mario Gomez tampil apik dan sangat merepotkan Die Schwaben. Müller bahkan menjadi pemberi assist dalam dua gol kemenangan Bayern.

Performa apik itu membuat Müller disanjung. Salah satunya oleh Ribéry. Pemain asal Prancis itu yakin Müller bermain di posisi terbaiknya pada laga itu. “Sangat sulit bagi pelatih untuk memilih antara Müller dan Robben. Tapi, Thomas bermain sangat baik di sisi kanan. Bagiku, dia lebih baik bermain di kanan,” ungkap dia kepada TZ München.

Penilaian Ribéry sama persis dengan hasil pengamatan whoscored.com. Faktanya, dari tiga posisi yang pernah diisi, nilai Müller lebih tinggi jika bermain di kanan. Dari 15 kali bermain di sana, Müller meraih nilai rata-rata 7,29. Sementara itu, kala menjadi sebagai gelandang tengah, nilai rata-ratanya turun ke 7,05. Lalu, di sisi kiri, nilainya jauh lebih jelek, yakni 6,05.

Fakta itu tentu menjadi dilema tersendiri bagi Heynckes yang selama ini sangat mengandalkan aksi-aski brilian Robben di sisi kanan. Sangat tidak mungkin bagi dia untuk terus menaruh winger asal Belanda itu di bangku cadangan. Dan dilema itu akan jadi makin besar pada musim depan karena bayern dipastikan mendapatkan gelandang kanan Xherdan Shaqiri dari FC Basel. (Sepp Ginz)

Boateng Sindir Fans Bayern

29 Jan
Jerome Boateng

Jerome Boateng sesalkan para fans FC Bayern München yang malah menyiuli para pemain saat kesulitan membobol gawang VfL Wolfsburg. (Foto: sports.yahoo.com)

KEMENANGAN ATAS VfL WOLFSBURG, Sabtu (28/1), ternyata menyisakan kekecewaan dalam dada Jerome Boateng. Bek FC Bayern München itu sangat geram kepada para fans yang memadati Allianz Arena. Eks pemain Hamburger SV dan Manchester City itu menilai para fans tak menunjukkan sikap yang semestinya ketika tim tengah kesulitan.

Gara-garanya, sekitar menit ke-35, para fans menyiuli Boateng cs yang kesulitan membongkar pertahanan Die Wolfe. Mereka kecewa karena Bayern tak jua mencetak gol. “Akan lebih baik jika mereka memberikan tanda penyemangat saat kami berada dalam situasi yang sulit, bukan malah menyiuli,” kata Boateng seperti dikutip Bild.

Meski begitu, bek yang kini diplot sebagai palang pintu karena cedera yang membekap Daniel van Buyten itu tetap bisa memaklumi. Menurut dia, hal itu memang sudah menjadi sebuah pemandangan biasa di Bayern. Maklum, sebagai klub besar, Bayern diharapkan selalu tampil superior oleh para fansnya.

Performa Bayern sendiri pada laga itu memang tidak begitu baik. Hal itu diakui winger Arjen Robben dan Franck Ribéry. “Permainan masih terlalu lambat walaupun lebih baik dari pekan lalu,” kata Robben. Sementara Ribéry menimpali, “Kami harus meningkatkan lagi interaksi dalam permainan.”

Tanda performa yang tak baik itu jelas terlihat dari gol pembuka yang baru bisa dibuat pada menit ke-60. Lalu, gol kedua malah tercipta pada injury time. (Sepp Ginz)

Dua Talenta Tanpa Posisi Pasti

10 Jan
Thomas Mueller and Toni Kroos

Hingga saat ini, Thomas Müllerdan Toni Kroos masih belum memiliki posisi yang tetap di FC Bayern München . (Foto: http://www.thetop.in)

SANGAT BERBAKAT dan punya kontribusi bagus, namun tak memiliki posisi tetap. Itulah hal yang dialami Toni Kroos dan Thomas Müller. Dua pemain FC Bayern München itu selalu saja mengalami pergeseran posisi. Di timnas Jerman, Kroos lebih sering diposisikan sebagai gelandang bertahan, sementara Müller sebagai winger kanan.

Sementara itu, di Bayern, Müller adalah winger kanan saat Arjen Robben absen. Namun, begitu Robben pulih, dia menjadi pemain yang berada di posisi nomor 10. Kroos lebih tak jelas. Dia sebelumnya dimainkan di posisi nomor 10, lalu digeser ke gelandang bertahan saat Bastian Schweinsteiger cedera. Kini, dia harus siap-siap bermain sebagai winger kiri karena Franck Ribéry diskors DFB.

Kepastian itu diungkapkan pelatih Bayern, Jupp Heynckes jelang laga perpisahan Baichung Buthia di New Delhi (India). “Kami harus mencari solusi lain di kiri. Toni bisa memainkan peran itu. Dia memang bukan pemain yang suka bermain satu lawan satu, tapi dia bisa memengaruhi permainan dari posisinya,” ungkap dia kepada TZ München.

Heynckes punya dasar jelas dalam menempatkan Kroos di posisi Ribéry. Saat membela Bayer Leverkusen pada musim 2009-10, dia juga beroperasi di posisi tersebut. Kroos pun mengaku tak terlalu bermasalah asalkan tak dituntut berperan sebagai Ribéry. “Saat di Leverkusen, aku memang bermain di kiri, tapi sering bergerak ke tengah. Jadi, aku tak bukan gelandang kiri, melainkan semi gelandang tengah,” jelas Kroos.

Sat hal menarik, sesuai pengakuannya, posisi ideal Kroos adalah nomor 10 yang ditempati Müller. Sementara Müller sebenarnya kerap menjadi pengisi posisi Ribéry saat Bayern ditangani Louis van Gaal. Masalah besar akan terjadi ketika semua pemain utama Bayern available. Akankah Heynckes menggusur Anatoliy Tymoshchuk dan Luiz Gustavo demi menggeser Kroos ke gelandang bertahan? (Sepp Ginz)

Ribéry Buka Bar

3 Jan
Wahiba

Wahiba, istri Franck Ribery, saat bekerja di bar yang baru mereka buka, O'Shahiz. (Foto: http://www.facebook.com)

PERGANTIAN TAHUN dari 2011 ke 2012 ditandai sesuatu yang sangat positif oleh Franck Ribéry. Winger FC Bayern München itu membuka bar di kota kelahirannya, Boulogne-sur-Mer (Prancis). Itu dilakukan bersama sang istri, Wahiba.

Tentu saja bar itu bukan sembarang bar. Sebagai pasangan muslim, Ribéry dan Wahiba menerapkan sesuatu yang berbeda dan khas. Tak seperti di bar-bar pada umumnya, di bar yang dinamai O’Shahiz itu tak akan ditemui minuman beralkohol. Seperti dilansir La Voix du Nord, yang tersedia di sana hanyalah soft drink dan shisha.

“Aku memang ingin menerapkan konsep yang agak berbeda dengan (bar-bar) yang biasa ditemui selama ini,” kata Ribéry yang sebelumnya baru saja terpilih sebagai olahragawan yang paling dibenci di Prancis.

Nama O’Shahiz sendiri punya makna khusus. Selain mirip dengan kata “shisha” yang menjadi menu andalan, nama itu juga ternyata gabungan dari dua anak perempuan Ribéry, yakni Shahinez dan Hiziya. (Sepp Ginz)

Ribéry Tetap Dibenci

29 Dec

BOLEH-BOLEH SAJA Franck Ribéry dipuji-puji di Jerman karena performa apiknya sepanjang paruh pertama musim 2011-12 bersama FC Bayern München. Namun, di negaranya, dia tetap sosok yang paling dibenci. Itu terbukti dalam hasil survei yang dilakukan Majalah VSD. Seperti dilansir France Football, Ribéry adalah sosok yang mendapatkan suara terbanyak dalam survei online yang dilakukan 30 November hingga 7 Desember dan melibatkan 1.001 responden berumur 18 tahun ke atas.

Total, sebanyak 69 persen suara diperoleh Ribéry. Dia unggul jauh dari Karim Benzema (Real Madrid) yang hanya mendapatkan 35 persen suara. Sementara Didier Deschamps berada di posisi ketiga dengan 26 persen suara. Rupanya citra winger yang doyan melepas assist itu sudah kadung buruk selepas Piala Dunia 2010. Selain dicap sebagai salah satu biang kerok penentangan terhadap Raymond Domenech, dia juga tersangkut kasus prostitusi di bawah umur. Di samping itu, performanya bersama Les Bleus juga masih sangat jauh dibandingkan di Bayern.

“Kemenangan” Ribéry kali ini tidaklah mengejutkan. Pasalnya, tahun lalu pun dialah yang terpilih di urutan teratas. Namun, saat itu, persaingan sangat ketat. Ribéry yang berada di posisi teratas mendapatkan persentase suara yang sama dengan Domenech, yakni 68 persen. Sedangkan posisi ketiga ditempati Nicolas Anelka dengan 64 persen suara. Sementara Benzema berada di posisi keempat dengan perolehan suara 36 persen.

Dengan hasil survei yang tak mengenakkan itu, sudah barang tentu membuat Ribéry kian ogah kembali ke negerinya. Seperti sempat diungkapkan beberapa bulan silam, Ribéry mengaku lebih nyaman berada di Jerman. (Sepp Ginz)

Götze Bukan Superstar

28 Dec
Mario Goetze

Meski survei ilmiah menunjukkan dirinya berada di urutan teratas, Mario Götze tak merasa sudah menjadi superstar. (Foto: http://www.welt.de)

HASIL SURVEI yang dilakukan Institute for Sports, Business & Society (ISBS) EBS Universität memang menunjukkan Mario Götze sebagai sosok pemain Bundesliga 1 yang paling populer pada saat ini. Namun, itu tak lantas membuat sang pemain menepuk dada dan besar kepala. Götze justru merasa belum menjadi superstar seperti yang ditunjukkan oleh survei tesrebut.

“Aku sungguh tak menduganya. Aku tentu senang, tapi aku pribadi tak merasa sebagai seorang superstar,” jelas Götze dalam wawancara dengan Welt Online. “Aku pikir baru menjadi sosok panutan bagi fans Borussia Dortmund. Itu pun aku bukanlah satu-satunya. Banyak yang telah terlebih dahulu menjadi seperti itu. Contohnya Frank Mill, Stephame Chapuisat, dan Jürgen Köhler.”

Lebih jauh, pemain yang menjulang sejak musim lalu itu menunjuk beberapa pemain lain di Bundesliga 1 yang sudah menjadi superstar. “Bagiku, Franck Ribéry, Arjen Robben, dan Mario Gomez adalah contoh superstar. Aku belum seperti mereka,” tambah dia.

Satu hal yang pasti, hasil survei yang menunjukkan dirinya sebagai sosok yang paling dipuja saat ini membuat Götze makin hati-hati. Menurut gelandang serang bertubuh mungil itu, menjadi role model atau superstar menuntut seseorang untuk bersikap profesional seutuhnya. Itu berarti, ada beberapa aturan yang harus dipatuhi sehingga tak menjadi contoh buruk karena banyak orang yang akan meniru. (Sepp Ginz)