Tag Archives: Thomas Müller

Tradisi Buruk Awal Tahun

1 Mar
Germany vs France

Bukan hanya meneruskan rekor buruk Tim Wiese, kekalahan dari Prancis juga membuat Jerman selalu gagal menang pada laga awal tahun sejak 2009. (Foto: http://www.sportschau.de)

KEKALAHAN 1-2 yang diderita timnas Jerman saat menghadapi Prancis, Rabu (29/2), memang menjadi catatan tersendiri bagi kiper Tim Wiese. Hal itu membuat dia tak pernah merasakan kemenangan saat membela timnas Jerman. Dalam enam laga, dia mengalami tiga kekalahan dan tiga kali imbang.

Kekalahan itu sudah barang tentu membuat Der Panzer menuai kritik. Mayoritas media massa Jerman memasang judul pedas. Bild dan Kölner Express sama-sama menilai Der Panzer yang turun pada laga itu sebagai tim tang terlalu hijau. Bild lebih umum dengan mengatakan Jerman terlalu hijau untuk juara Piala Eropa. Sementara Kölner Express lebih spesifik dengan menunjuk barisan belakang yang dinilai terlalu hijau untuk tampil di Polandia-Ukraina.

Faktanya memang demikian. Jerman yang tampil melawan Prancis jauh berbeda dengan Jerman yang mengalahkan Belanda dan Brasil. Koordinasi di lini belakang sangat lemah, lini tengah kekurangan kreativitas, dan lini depan tak bisa menunjukkan kekuatannya. Pelatih Joachim Löw sendiri merasa sangat geram.

“Saya kecewa atas cara kami mengalami kekalahan itu,” ungkap Löw setelah laga. “Pada babak kedua, kami tak mampu menemukan permainan yang baik. Oleh karena itu, Prancis sangat pantas menang.”

Otokritik juga diungkapkan Thomas Müller dan Mats Hummels. Müller menilai kekalahan disebabkan oleh rendahnya kedisiplinan. Sementara itu, Hummels menunjuk hilangnya keseimbangan di dalam tim yang tercermin dari terlalu banyaknya daerah yang terbuka di daerah mereka.

Terlepas dari itu, ada hal menarik dari kekalahan tersebut. Pasalnya, sejak 2009, Jerman tak pernah menangguk kemenangan pada laga pertama yang dijalani. Uniknya lagi, semuanya terjadi di kandang sendiri. Dalam empat tahun, Der Panzer mengalami tiga kekalahan dan sekali imbang. Satu-satunya hasil imbang adalah saat menghadapi Italia di Dortmund pada 2011.

Jika ditarik lebih ke belakang. Tradisi Jerman pada awal musim ternyata tidak bagus. Dalam 15 tahun terakhir atau sejak 1998, mereka hanya menangguk lima kemenangan. Sisanya, dua kali imbang dan delapan kali kalah! Di antara kekalahan yang diterima, antara lain didapatkan dari tim yang tak punya tradisi bagus menghadapi mereka macam Amerika Serikat pada 1999 dan Norwegia pada 2009. (Sepp Ginz)

Hasil Laga Jerman pada Awal Tahun
Tanggal Kota Hasil
29.02.2012 Bremen Jerman 1-2 PRANCIS
09.02.2011 Dortmund Jerman 1-1 Italia
03.03.2010 München Jerman 0-1 ARGENTINA
11.02.2009 Düsseldorf Jerman 0-1 NORWEGIA
06.02.2008 Wien Austria 0-3 JERMAN
07.02.2007 Düsseldorf JERMAN 3-1 Swiss
01.03.2006 Florence ITALIA 4-1 Jerman
09.02.2005 Düsseldorf Jerman 2-2 Argentina
18.02.2004 Split Kroasia 1-2 JERMAN
12.02.2003 Mallorca SPANYOL 3-1 Jerman
13.02.2002 Kaiserslautern JERMAN 7-1 Israel
27.02.2001 Paris PRANCIS 1-0 Jerman
23.02.2000 Amsterdam BELANDA 2-1 Jerman
06.02.1999 Jacksonville AS 3-0 Jerman
18.02.1998 Maskat Oman 0-2 JERMAN
Sumber: http://www.dfb.de

Müller Hadirkan Dilema

10 Feb
Thomas Mueller

Performa apik Thomas Müller di sisi kanan kala FC Bayern München mengalahkan VfB Stuttgart di DFB Pokal menghadirkan dilema tersendiri bagi pelatih Jupp Heynckes. (Foto: http://www.torwart.de)

PUTUSAN TEPAT dibuat Jupp Heynckes kala FC Bayern München menghadapi VfB Stuttgart di perempat final DFB Pokal, Rabu (8/2). Dia menggeser Thomas Müller ke sisi kanan dan Toni Kroos dikembalikan ke posisi nomor 10. Hasilnya, permainan Bayern sangat baik. Kombinasi Müller, Kroos, dan Franck Ribéry di belakang Mario Gomez tampil apik dan sangat merepotkan Die Schwaben. Müller bahkan menjadi pemberi assist dalam dua gol kemenangan Bayern.

Performa apik itu membuat Müller disanjung. Salah satunya oleh Ribéry. Pemain asal Prancis itu yakin Müller bermain di posisi terbaiknya pada laga itu. “Sangat sulit bagi pelatih untuk memilih antara Müller dan Robben. Tapi, Thomas bermain sangat baik di sisi kanan. Bagiku, dia lebih baik bermain di kanan,” ungkap dia kepada TZ München.

Penilaian Ribéry sama persis dengan hasil pengamatan whoscored.com. Faktanya, dari tiga posisi yang pernah diisi, nilai Müller lebih tinggi jika bermain di kanan. Dari 15 kali bermain di sana, Müller meraih nilai rata-rata 7,29. Sementara itu, kala menjadi sebagai gelandang tengah, nilai rata-ratanya turun ke 7,05. Lalu, di sisi kiri, nilainya jauh lebih jelek, yakni 6,05.

Fakta itu tentu menjadi dilema tersendiri bagi Heynckes yang selama ini sangat mengandalkan aksi-aski brilian Robben di sisi kanan. Sangat tidak mungkin bagi dia untuk terus menaruh winger asal Belanda itu di bangku cadangan. Dan dilema itu akan jadi makin besar pada musim depan karena bayern dipastikan mendapatkan gelandang kanan Xherdan Shaqiri dari FC Basel. (Sepp Ginz)

Neuer Meminta Maaf

21 Jan

SEPERTI DEJÁ VU, Manuel Neuer lagi-lagi membuat kesalahan fatal saat FC Bayern München menghadapi Borussia Mönchengladbach, Jumat (20/1). Menerima back pass Holger Badstuber, umpannya justru tepat di kaki Marco Reus yang lantas mengirimkan bola ke gawangnya dari jarak 30 meter.

Itu mengingatkan insiden pada pertemuan pertama di Allianz Arena, Agustus silam. Kala itu, dia juga berkontribusi besar pada gol tunggal kemenangan Gladbach yang dicetak Igor de Camargo. Bedanya, waktu itu, lebih banyak pihak yang menilai Jerome Boateng sebagai sosok yang lebih pantas dipersalahkan.

Menanggapi blundernya di Borussia Park, Neuer hanya bisa menyesali diri dan meminta maaf. “Aku sebenarnya ingin memberikan bola kepada Thomas Müller,” kata dia kepada Abendzeitung München. “Aku memberikan umpan buruk yang berbuah kekalahan. Untuk itu, aku meminta maaf.”

Toh, di mata Bastian Schweinsteiger, itu bukan murni kesalahan Neuer. Menurut dia, kondisi lapangan juga berperan besar. “Tendangannya tidak begitu tepat karena lapangan tak begitu bagus. Menurutku, lapangan sungguh buruk. Itu sebabnya kedua tim tak memeragakan sepak bola yang bagus,” urai dia.

Terdengar seperti sebuah dalih sekaligus penghiburan bagi Neuer. Namun, hal itu ternyata tak terlalu dibantah oleh Reus. “Aku kira perkataan Basti ada benarnya,” ucap pemain yang musim depan membela Borussia Dortmund itu. (Sepp Ginz)

Dua Talenta Tanpa Posisi Pasti

10 Jan
Thomas Mueller and Toni Kroos

Hingga saat ini, Thomas Müllerdan Toni Kroos masih belum memiliki posisi yang tetap di FC Bayern München . (Foto: http://www.thetop.in)

SANGAT BERBAKAT dan punya kontribusi bagus, namun tak memiliki posisi tetap. Itulah hal yang dialami Toni Kroos dan Thomas Müller. Dua pemain FC Bayern München itu selalu saja mengalami pergeseran posisi. Di timnas Jerman, Kroos lebih sering diposisikan sebagai gelandang bertahan, sementara Müller sebagai winger kanan.

Sementara itu, di Bayern, Müller adalah winger kanan saat Arjen Robben absen. Namun, begitu Robben pulih, dia menjadi pemain yang berada di posisi nomor 10. Kroos lebih tak jelas. Dia sebelumnya dimainkan di posisi nomor 10, lalu digeser ke gelandang bertahan saat Bastian Schweinsteiger cedera. Kini, dia harus siap-siap bermain sebagai winger kiri karena Franck Ribéry diskors DFB.

Kepastian itu diungkapkan pelatih Bayern, Jupp Heynckes jelang laga perpisahan Baichung Buthia di New Delhi (India). “Kami harus mencari solusi lain di kiri. Toni bisa memainkan peran itu. Dia memang bukan pemain yang suka bermain satu lawan satu, tapi dia bisa memengaruhi permainan dari posisinya,” ungkap dia kepada TZ München.

Heynckes punya dasar jelas dalam menempatkan Kroos di posisi Ribéry. Saat membela Bayer Leverkusen pada musim 2009-10, dia juga beroperasi di posisi tersebut. Kroos pun mengaku tak terlalu bermasalah asalkan tak dituntut berperan sebagai Ribéry. “Saat di Leverkusen, aku memang bermain di kiri, tapi sering bergerak ke tengah. Jadi, aku tak bukan gelandang kiri, melainkan semi gelandang tengah,” jelas Kroos.

Sat hal menarik, sesuai pengakuannya, posisi ideal Kroos adalah nomor 10 yang ditempati Müller. Sementara Müller sebenarnya kerap menjadi pengisi posisi Ribéry saat Bayern ditangani Louis van Gaal. Masalah besar akan terjadi ketika semua pemain utama Bayern available. Akankah Heynckes menggusur Anatoliy Tymoshchuk dan Luiz Gustavo demi menggeser Kroos ke gelandang bertahan? (Sepp Ginz)

Ambisi Berikut Hoeneß

30 Dec
Uli Hoeness

Target berikut Uli Hoeneß adalah membenahi sektor junior FC Bayern München yang saat ini agak terpuruk. (Foto: http://www.itromso.no)

SOSOK ULI HOENEß memang tak pernah kekuarangan ambisi. Meski sudah berhasil membuat FC Bayern München sebagai entitas bisnis, kini ambisi baru diungkapkannya jelang ulang tahun ke-60 pada 5 Januari 2012. Itu adalah merevitalisasi tim junior Bayern.

Ambisi itu bukan tanpa dasar. Keterpurukan Bayern München II yang pada musim ini harus berlaga di Regionalliga adalah sebabnya. Menurut dia, Bayern adalah klub yang selalu menatap ke depan. Tak terkecuali dalam hal pembinaan pemain. Untuk itu, dia sudah meminta Direktur Olahraga Christian Nerlinger membuat konsep baru. Untuk langkah awal, Hoeneß puas dengan putusan Nerlinger menempatkan Mehmet Scholl, Michael Tarnat, dan Hans-Jörg Butt di kepengurusan anyar.

Menyangkut keterpurukan Bayern II, Hoeneß menilai bukan kiamat. “Kami tak perlu melakukan perubahan drastis. Kami hanya perlu memperbaiki beberapa sekrup. Salah satunya dengan lebih berorientasi ke Eropa, khususnya pemain-pemain Jerman dan Bavaria,” ungkap dia.

Lebih lanjut, Presiden Bayern yang sebelumnya sempat menjadi pemain dan manajer umum itu yakin proyek revitalisasi sektor junior bakal berhasil. Menurut dia, Bayern telah membuktikan sebagai klub yang tak kekurangan talenta. “Lihatlah tim saat ini. Ada Schweinsteiger, Lahm, Müller, Badstuber, Kroos, dan Alaba. Lalu, ada Kraft di Hertha Berlin,” urai dia. “Banyak orang berbicara soal Barcelona dan para bakat mudanya, padahal kami juga tidak buruk-buruk amat.” (Sepp Ginz)

Götze Paling Disukai

26 Dec
Mario Goetze

Baru dua musim mengemuka, popularitas Mario Götze sudah melewati para pemain yang lebih berpengalaman di Bundesliga 1. (Foto: http://www.ruhrnachrichten.de)

SINAR BENDERANG terus menaungi Mario Götze. Walau cedera, kartu merah, dan keterpurukan Borussia Dortmund di Liga Champions mewarnai kiprahnya musim ini, itu ternyata tak sanggup menutupi kekaguman para pencinta Bundesliga 1. Buktinya, dalam survei yang dilakukan EBS Universität, Götze tercatat sebagai pemain dengan popularitas terbesar.

Dalam penelitian yang dikomandani Prof. Sascha Schmidt itu, Götze dipilih oleh 17,4 persen responden. Di belakangnya berturut-turut adalah Thomas Müller (8,0%), Raul Gonzalez (6,5%), Arjen Robben (6,0%), dan Bastian Schweinsteiger (5,7%). Responden penelitian yang dilakukan untuk kepentingan Deutscher Fussball Liga (DFL) itu adalah 2.000 orang di seluruh Jerman yang diwawancarai secara langsung dan 3.000 lainnya yang mengikuti via survei online.

Satu hal yang menarik dari penelitian itu, meskipun sekitar 81,5 persen responden menggandrungi musik dan 75,4 persen mengaku menyukai film dan televisi, sekitar 50 persen responden tak menyebutkan nama artis saat ditanya soal favoritnya. Mereka justru menyebut nama pemain sepak bola.

“Pemain sepak bola saat ini punya peran signifikan sebagai role model di masyarakat. Para bintang Bundesliga memiliki pengaruh besar ke segala kelompok umur. Bagi anak-anak dan remaja, mereka bahkan terkadang lebih dipuja ketimbang anggota keluarga sendiri,” jelas Schmidt seperti dikutip Spox.com.

Selain menguak pemain yang paling dipuja saat ini, banyak hal lain yang dihasilkan dari penelitian yang dikomandani Schmidt. Salah satunya, mereka menemukan bahwa Lukas Podolski adalah figur dengan ikatan terkuat dengan klubnya. Sementara Ivica Olic adalah pemain yang dinilai memiliki antusiasme bertanding paling besar. (Sepp Ginz)

Bayern Ubah Strategi Transfer

7 Dec
Thomas Mueller, Holger Badstuber and David Alaba

Performa apik para pemain yang diorbitkan dari tim junior seperti Holger Badstuber dan Thomas Müller membuat FC Bayern München yakin untuk melupakan talenta-talenta dari Amerika Selatan. (Foto: http://www.sport1.de)

PERUBAHAN PENTING di segi transfer pemain bakal dilakukan FC Bayern München. Jika dalam beberapa tahun terakhir ini banyak pemain muda dari luar yang diambil, kini mereka ingin lebih intensif mengorbitkan para pemain dari tim junior. Perubahan orientasi ini diungkapkan Chairman Karl-Heinz Rummenigge, Rabu (7/12).

“Kami tak akan lagi merekrut pemain muda dari Amerika Selatan,” ucap Rummenigge seperti dikutip Sport Bild. Sebagai alternatif, para pemandu bakat Bayern akan diintensifkan memantau bakat-bakat di tim junior. “Itu akan menjadi fokus utama kami. Hanya akan ada sedikit pemandu bakat yang ditugaskan di negara dan benua lain.”

Setidaknya ada dua hal yang mendasari perubahan kebijakan transfer itu. Pertama, tentu saja perbandingan antara rekrutan dari luar negeri dan orbitan dari tim junior yang sangat timpang. Khusus pemain Amerika Selatan, Bayern rupanya kapok setelah Julio dos Santos, Jose Ernesto Sosa, dan Breno gagal total. Sementara itu, pemain-pemain dari tim junior seperti Holger Badstuber dan Thomas Müller justru bersinar terang.

Alasan kedua berkaitan dengan keterpurukan Bayern Amatir yang terdegradasi ke Regionalliga pada akhir musim lalu. Bertambahnya fokus ke tim junior diharapkan bisa mendongkrak tim asuhan Andries Jonker yang saat ini masih tertatih-tatih. (Sepp Ginz)

Müller di Tiga Besar

25 Nov
Thomas Mueller

Diam-diam, Thomas Muller dikagumi Vicente Del Bosque. Buktinya, dia ditempatkan di posisi ketiga dalam pemilihan peraih FIFA Ballon d'Or oleh pelatih timnas Spanyol itu. (Foto: http://www.rekordmeister.tumblr.com)

KABAR MENGEJUTKAN datang dari Spanyol. Media massa negeri matador itu memberitakan bahwa Thomas Müller termasuk dalam tiga besar pemain pilihan Vicente Del Bosque, pelatih timnas Spanyol, dalam pemilihan pemain terbaik dunia, FIFA Ballon d’Or.

Seperti ketentuan yang diberlakukan FIFA dan France Football selaku penyelenggara FIFA Ballon d’Or, setiap kapten timnas, pelatih timnas, dan jurnalis terpilih memang diwajibkan memilih tiga pemain terbaik. Ketiganya nanti diberi poin tertentu sesuai posisi yang diberikan sang pemilik suara. Nah, dalam daftar Del Bosque, Müller kabarnya ada di posisi ketiga. Di atasnya ada Lionel Messi di posisi pertama dan Cristiano Ronaldo di posisi kedua.

Meski hanya berada di posisi ketiga, keberadaan Müller terbilang mengejutkan. Pasalnya, dari segi popularitas, dia kalah dibanding dua kandidat lain asal Jerman, Mesut Özil dan Bastian Schweinsteiger. Bahkan, Özil dikabarkan menjadi pilihan kapten timnas Spanyol, Iker Casillas untuk posisi kedua di atas Messi. Untuk pilihan nomor satu, Casillas menempatkan Ronaldo yang memang rekan seklubnya.

Toh, jika diamati, Müller sebenarnya memiliki performa yang sangat apik sepanjang 2011. Meski gagal meraih trofi juara, dia adalah pemain dengan kontribusi besar di FC Bayern München dan timnas Jerman. Musim lalu, Müller masih termasuk salah satu sumber gol dan assist utama Bayern serta pemain dengan jumlah laga terbanyak bersama Philipp Lahm. Khusus untuk Del Bosque, sepertinya dia masih terkesan oleh performa mengejutkan Müller saat menyabet gelar top skorer Piala Dunia 2010. (Sepp Ginz)

Özil Terbaik Jerman

14 Nov
Mesut Oezil

Kiprah Mesut Özil ternyata mampu membuat Ronaldo Luiz Nazario, pemain legendaris Brasil, terkesan dan menilainya sebagai pemain terbaik Jerman pada saat ini. (Foto: http://www.torwart.de)

DALAM AJANG FIFA Ballon d’Or tahun ini, peluang Mesut Özil menjadi yang terbaik memang kecil. Gelandang timnas Jerman itu dinilai masih jauh di bawah Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, Xavi Hernandez, dan Andres Iniesta. Namun, untuk Jerman, Özil adalah pemain terbaik. Setidaknya, itulah pendapat eks pemain terbaik terbaik dunia, Ronaldo Luiz Nazario de Lima.

“Sudah sangat jelas, Özil adalah pemain terbaik Jerman pada saat ini. Dia bermain sangat baik di Real Madrid. Saya yakin, dia punya masa depan yang sangat cerah,” kata Ronaldo kepada Sport-Informations-Dienst (SID).

Pendapat El Fenômeno didukung oleh fakta di FIFA Ballon d’Or tahun ini. Özil adalah satu dari hanya tiga pemain yang masuk di jajaran 23 nomine. Dua lainnya adalah Bastian Schweinsteiger dan Thomas Müller. (Sepp Ginz)

Kejutan Besar Jogi

12 Nov
Mario Gomez dan Mario Götze tak bisa terlalu merepotkan Oleksandr Kucher dalam formasi 3-4-2-1 yang diterapkan Joachim Löw. (Foto: www.sportschau.de)

Mario Gomez dan Mario Götze tak bisa terlalu merepotkan Oleksandr Kucher dalam formasi 3-4-2-1 yang diterapkan Joachim Löw. (Foto: http://www.sportschau.de)

SEDIKIT KEJUTAN yang dijanjikan, ternyata kejutan besar yang disajikan. Itulah yang dilakukan Joachim Löw saat Jerman menghadapi Ukraina di Stadion Olimpiiskyi, Kyiv, Jumat (11/11). Pelatih timnas Jerman itu memasang formasi yang benar-benar baru, 3-4-2-1 dengan Mesut Özil dan Mario Götze menopang striker tunggal Mario Gomez yang didaulat menjadi kapten.

Bukan itu saja kejutan yang diberikan Löw. Pelatih yang kerap disapa Jogi ini menyimpan Lukas Podolski dan Thomas Müller di bangku cadangan. Sementara di bawah mistar gawang, Jogi memasang Ron-Robert Zieler. Kiper Hannover 96 itu tercatat sebagai debutan ke-50 selama Löw menukangi Der Panzer sejak 2006.

Kejutan itu jelas membuat pemain terkaget-kaget dan hasil pertandingan pun mencengangkan. Saat jeda babak pertama, Ukraina mampu unggul 3-1. Jerman baru bisa menyamakan kedudukan lewat dua gol dari Simon Rolfes dan Müller yang dimasukkan pada babak kedua. Hasil imbang 3-3 pun diwarnai dua penyelamatan gemilang Zieler jelang laga usai.

Meski terbilang mengecewakan, Löw tetap puas. “Hari ini, hal terpenting adalah para pemain menunjukkan mentalitas yang kuat,” kata dia. “Saya memakain pola baru sebagai antisipasi bila sewaktu-waktu dibutuhkan saat menjalani sebuah pertandingan. Saya ingin melakukan percobaan serius sebelum melakoni laga sesungguhnya.”

Podolski juga punya pandangan serupa. Menurut dia, kemampuan bangkit saat tertinggal dan menyamakan kedudukan merupakan hal yang patut menjadi catatan. Sementara soal pola baru, Müller mengaku hal itu tidaklah gagal walaupun juga tidak berfungsi baik.

Analisis lebih tajam diberikan bek Mats Hummels yang terlihat kerepotan berkolaborasi dengan Holger Badstuber dan Jerome Boateng sebagai trio bek tengah. “Pada babak pertama, sistem baru ini tidak berjalan mulus. Dalam sistem ini, seharusnya bukan hanya tiga pemain belakang yang bertanggung jawab pada pertahanan. Tujuh pemain lain pun seharusnya ikut terlibat. Tapi, baik juga melakukan kesalahan kali ini sehingga tak terulang pada laga berikutnya,” papar pemain Borussia Dortmund tersebut.

Kegagapan para pemain terhadap pola baru itu sendiri sangat bisa dimengerti. Menurut Müller, itu adalah kejutan tersendiri bagi mereka. Pasalnya, Löw bahkan tak pernah memakai pola 3-5-2 saat latihan. Makanya, tak heran bila trio Hummels-Boateng-Badstuber seperti begitu rentan dan mudah diacak-acak para pemain Ukraina.

Di luar itu, performa duet Özil-Götze yang diturunkan untuk kali pertama juga terbilang buruk. Mereka tak menunjukkan kolaborasi yang diharapkan para pencandu sepak bola. Tak heran jika keduanya lantas diganti secara bersamaan pada menit ke-65. Löw lantas memasukkan Podolski dan Müller.

Pertanyaannya kemudian, akankah Löw melanjutkan eksperimennya pada saat menjamu Belanda pada Selasa (15/11)? Atau dia justru kembali ke pola asal 4-2-3-1 dengan mengembalikan Poldi dan Müller ke starting line-up serta men-drop salah satu dari Özil dan Götze ke bangku cadangan? (Sepp Ginz)

Fakta Pertandingan:
Ukraina 3-3 Jerman
(Yarmolenko 28, Konoplyanka 35, Nazarenko 45 — Kroos 38, Rolfes 65, Müller 77)
Ukraina: Ribka, Kucher, Butko, Selin, Rakitsiy, Tymoshchuk, Bezus (Nazarenko 38), Milevskiy (Devic 65), Konoplyanka, Yarmolenko (Aliev 81), Shevchenko (Gay 65)
Jerman: Zieler, Boateng, Hummels, Badstuber, Träsch (Schürrle 46), Khedira (Rolfes 46), Kroos, Aogo, Götze (Müller 65), Özil (Podolski 65), Gomez (Cacau 83)
K. Kuning: Besuz 18
Wasit: Carlos Velasco Carballo (Spanyol)
Stadion: Olimpiiskyi (Kyiv)
Penonton:69.720