Tag Archives: Bastian Schweinsteiger

Memburu Angka Nol

10 Jan
Gawang Manuel Neuer diharapkan tak kebobolan sepanjang putaran kedua. (Foto: www.90elf.de)

Gawang Manuel Neuer diharapkan tak kebobolan sepanjang putaran kedua. (Foto: http://www.90elf.de)

UNGGUL LUMAYAN JAUH dari rival terdekat dalam persaingan di Bundesliga 1 tak lantas membuat FC Bayern München berpuas diri. Direktur Olahraga Matthias Sammer tetap menunjukkan sikap kritis. Bahkan, seusai menjalani dua uji coba dengan kemenangan besar dalam pemusatan latihan di Doha (Qatar), dia tetap tak menunjukkan kegembiraan berlebihan. Menurut dia, itu hanya bagian dari fase yang harus dilalui.

Rasa tidak puas itu rupanya menular kepada anak-anak asuh Jupp Heynckes. Secara lantang, gelandang Bastian Schweinsteiger mengungkapkan ambisi baru yang diusung Die Roten pada putaran kedua nanti. Ambisi itu adalah memburu rekor tak kebobolan dalam 17 laga yang akan dilalui. “Kami ingin menjalani setiap laga dengan tak kebobolan,” kata dia kepada Bild.

Heynckes pribadi mendukung ambisi itu dengan menyatakan pentingnya tak kebobolan. “(Perlu) tak kebobolan untuk merebut trofi Bundesliga 1 dan DFB Pokal,” ungkap pelatih berumur 67 tahun tersebut.

Ambisi itu tentu saja sangat menarik. Di satu sisi, dengan hanya kebobolan tujuh gol pada putaran pertama, target tak kebobolan pada paruh kedua tidaklah mengawang-awang. Namun, jika menilik catatan sejarah dan kondisi aktual Bayern, target itu tetaplah sesuatu yang mendekati kemustahilan.

Sejak Bundesliga digulirkan pada 1963-64, tak pernah ada tim yang sanggup mempertahankan gawangnya tetap perawan selama setengah musim. Modal kebobolan sedikit gol pada putaran pertama pun bukan jaminan. Alih-alih menurun, kecenderungan yang ada, jumlah kebobolan pada putaran kedua justru meningkat.

Ambil contoh VfB Stuttgart pada 2003-04. Hanya kebobolan tujuh gol sepanjang putaran pertama, Timo Hildebrand harus 17 kali pada putaran kedua. Sementara pada 2007-08, Oliver Kahn hanya kebobolan delapan gol pada putaran pertama, namun tak kuasa menahan 13 gol yang bersarang di gawang Bayern pada putaran kedua.

Hal lain yang membuat Bayern akan berat mewujudkan hal itu adalah krisis di lini belakang akibat cedera yang diderita Holger Badstuber. Jerome Boateng memang bukan pemain kacangan, namun dia kadang-kadang membuat blunder di pertahanan. Tak perlu jauh-jauh, dialah yang membuahkan penalti saat Bayern ditahan 1-1 oleh Borussia Mönchengladbach pada spieltag ke-17 gara-gara handball. (@SeppGinz)

Didenda Gara-gara Kaus Kaki

8 Jan

Karena memakai kaus kaki putih inilah Bastian Schweinsteiger dijatuhi denda oleh pelatih Jupp Heynckes. (Foto: http://www.bild.de)

JUPP HEYNCKES selama ini dikenal sebagai pelatih yang humanis. Namun, jangan salah, dia tetap sangat ketat dalam menerapkan disiplin. Bastian Schweinsteiger dan Toni Kroos merasakan hal itu dalam pemusatan latihan di Doha (Qatar). Keduanya didenda oleh Don Jupp karena dinilai tidak disiplin. 

Gara-garanya sepele saja. Pada sesi latihan Senin (7/1) pagi, Schweinsteger dan Kroos mengenakan kaus kaki putih. Padahal, Heynckes meminta para pemain mengenakan kaus kaki hitam pada sesi latihan hari itu. Seperti diberitakan Bild, Heynckes meminta kapten Philipp Lahm menentukan besarnya denda sekaligus menagihnya kepada kedua pemain tersebut. 

“Kami memiliki tujuan yang sama. Untuk itu, kami harus menerapkan disiplin. Itu dimulai dari kaus kaki,” ujar Heynckes. 

Denda itu terbukti efektif membuat Schweinsteiger dan Kroos jera. Pada latihan sesi kedua, keduanya terlihat memakai kaus kaki hitam seperti rekan-rekannya yang lain. Soal penyebab keduanya alpa mengenakan kaus kaki hitam pada sesi pertama, tak diketahui jelas alasannya. Namun, diduga mereka lupa karena pada hari sebelumnya, para pemain bebas mengenakan kaus kaki warna apa pun.

Selain denda yang diterima Schweinsteiger dan Kroos, sesi latihan pagi pada Senin itu juga diwarnai hal lain. Di lapangan tempat para pemain Bayern berlatih ditemukan batang besi yang mencuat di salah satu permukaan. Itu pertama kali diidentifikasi oleh kiper Manuel Neuer dan striker Mario Gomez. Namun, orang yang berhasil mencabutnya dengan sukses justru Anatoliy Tymoshchuk. (@SeppGinz)

Neuer Meminta Maaf

21 Jan

SEPERTI DEJÁ VU, Manuel Neuer lagi-lagi membuat kesalahan fatal saat FC Bayern München menghadapi Borussia Mönchengladbach, Jumat (20/1). Menerima back pass Holger Badstuber, umpannya justru tepat di kaki Marco Reus yang lantas mengirimkan bola ke gawangnya dari jarak 30 meter.

Itu mengingatkan insiden pada pertemuan pertama di Allianz Arena, Agustus silam. Kala itu, dia juga berkontribusi besar pada gol tunggal kemenangan Gladbach yang dicetak Igor de Camargo. Bedanya, waktu itu, lebih banyak pihak yang menilai Jerome Boateng sebagai sosok yang lebih pantas dipersalahkan.

Menanggapi blundernya di Borussia Park, Neuer hanya bisa menyesali diri dan meminta maaf. “Aku sebenarnya ingin memberikan bola kepada Thomas Müller,” kata dia kepada Abendzeitung München. “Aku memberikan umpan buruk yang berbuah kekalahan. Untuk itu, aku meminta maaf.”

Toh, di mata Bastian Schweinsteiger, itu bukan murni kesalahan Neuer. Menurut dia, kondisi lapangan juga berperan besar. “Tendangannya tidak begitu tepat karena lapangan tak begitu bagus. Menurutku, lapangan sungguh buruk. Itu sebabnya kedua tim tak memeragakan sepak bola yang bagus,” urai dia.

Terdengar seperti sebuah dalih sekaligus penghiburan bagi Neuer. Namun, hal itu ternyata tak terlalu dibantah oleh Reus. “Aku kira perkataan Basti ada benarnya,” ucap pemain yang musim depan membela Borussia Dortmund itu. (Sepp Ginz)

Basti Pantas untuk Seleçao

19 Jan
Bastian Schweinsteiger

Karena kemampuannya, Bastian Schweinsteiger dinilai pantas masuk timnas Brasil yang dikenal dipenuhi pemain-pemain bertalenta apik. (Foto: footballplayerwallpapers.com)

BEBERAPA BULAN LALU, ada sebuah pujian yang diberikan Bastian Schweinsteiger kepada Mario Götze. Dia menyebut gelandang muda milik Borussia Dortmund itu sebagai pemain dengan kemampuan setara pemain Brasil. Menariknya, kini justru Basti yang dinilai seperti itu oleh Renato Augusto, penggawa Bayer Leverkusen asal Brasil.

Dalam wawancara dengan Kölner Express, saat ditanya siapa pemain yang dinilai pantas bermain untuk Seleçao, Augusto dengan cepat menjawab, “Bastian Schweinsteiger! Dia salah satu pemain terbaik dunia pada saat ini.”

Secara lebih luas, Augusto yang baru kembali berlatih setelah menjalani operasi lutut di negeri kelahirannya, menilai Jerman mampu mengembangkan para pemainnya dengan sangat baik dalam beberapa tahun terakhir. “Sepak bola Jerman saat ini sangat kuat. Dulu, pemain Jerman hanya berlari dan bertarung. Kini, mereka memainkan sepak bola dengan teknik bagus,” kata dia.

Augusto yang sempat dipanggil pelatih Mano Menezes saat Brasil dikalahkan Jerman 2-3 lantas mengungkapkan satu pernyataan mencengangkan. “Di Brasil, timnas Jerman saat ini dianggap sebagai salah satu tim terbaik di dunia. Bahkan, lebih baik dari Brasil. Menurutku, salah satu alasannya, lebih banyak pemain Jerman yang berada di Bundesliga. Sementara pemain Brasil justru tersebar di seluruh dunia,” beber pemain berumur 23 tahun itu. (Sepp Ginz)

Dua Talenta Tanpa Posisi Pasti

10 Jan
Thomas Mueller and Toni Kroos

Hingga saat ini, Thomas Müllerdan Toni Kroos masih belum memiliki posisi yang tetap di FC Bayern München . (Foto: http://www.thetop.in)

SANGAT BERBAKAT dan punya kontribusi bagus, namun tak memiliki posisi tetap. Itulah hal yang dialami Toni Kroos dan Thomas Müller. Dua pemain FC Bayern München itu selalu saja mengalami pergeseran posisi. Di timnas Jerman, Kroos lebih sering diposisikan sebagai gelandang bertahan, sementara Müller sebagai winger kanan.

Sementara itu, di Bayern, Müller adalah winger kanan saat Arjen Robben absen. Namun, begitu Robben pulih, dia menjadi pemain yang berada di posisi nomor 10. Kroos lebih tak jelas. Dia sebelumnya dimainkan di posisi nomor 10, lalu digeser ke gelandang bertahan saat Bastian Schweinsteiger cedera. Kini, dia harus siap-siap bermain sebagai winger kiri karena Franck Ribéry diskors DFB.

Kepastian itu diungkapkan pelatih Bayern, Jupp Heynckes jelang laga perpisahan Baichung Buthia di New Delhi (India). “Kami harus mencari solusi lain di kiri. Toni bisa memainkan peran itu. Dia memang bukan pemain yang suka bermain satu lawan satu, tapi dia bisa memengaruhi permainan dari posisinya,” ungkap dia kepada TZ München.

Heynckes punya dasar jelas dalam menempatkan Kroos di posisi Ribéry. Saat membela Bayer Leverkusen pada musim 2009-10, dia juga beroperasi di posisi tersebut. Kroos pun mengaku tak terlalu bermasalah asalkan tak dituntut berperan sebagai Ribéry. “Saat di Leverkusen, aku memang bermain di kiri, tapi sering bergerak ke tengah. Jadi, aku tak bukan gelandang kiri, melainkan semi gelandang tengah,” jelas Kroos.

Sat hal menarik, sesuai pengakuannya, posisi ideal Kroos adalah nomor 10 yang ditempati Müller. Sementara Müller sebenarnya kerap menjadi pengisi posisi Ribéry saat Bayern ditangani Louis van Gaal. Masalah besar akan terjadi ketika semua pemain utama Bayern available. Akankah Heynckes menggusur Anatoliy Tymoshchuk dan Luiz Gustavo demi menggeser Kroos ke gelandang bertahan? (Sepp Ginz)

Ambisi Berikut Hoeneß

30 Dec
Uli Hoeness

Target berikut Uli Hoeneß adalah membenahi sektor junior FC Bayern München yang saat ini agak terpuruk. (Foto: http://www.itromso.no)

SOSOK ULI HOENEß memang tak pernah kekuarangan ambisi. Meski sudah berhasil membuat FC Bayern München sebagai entitas bisnis, kini ambisi baru diungkapkannya jelang ulang tahun ke-60 pada 5 Januari 2012. Itu adalah merevitalisasi tim junior Bayern.

Ambisi itu bukan tanpa dasar. Keterpurukan Bayern München II yang pada musim ini harus berlaga di Regionalliga adalah sebabnya. Menurut dia, Bayern adalah klub yang selalu menatap ke depan. Tak terkecuali dalam hal pembinaan pemain. Untuk itu, dia sudah meminta Direktur Olahraga Christian Nerlinger membuat konsep baru. Untuk langkah awal, Hoeneß puas dengan putusan Nerlinger menempatkan Mehmet Scholl, Michael Tarnat, dan Hans-Jörg Butt di kepengurusan anyar.

Menyangkut keterpurukan Bayern II, Hoeneß menilai bukan kiamat. “Kami tak perlu melakukan perubahan drastis. Kami hanya perlu memperbaiki beberapa sekrup. Salah satunya dengan lebih berorientasi ke Eropa, khususnya pemain-pemain Jerman dan Bavaria,” ungkap dia.

Lebih lanjut, Presiden Bayern yang sebelumnya sempat menjadi pemain dan manajer umum itu yakin proyek revitalisasi sektor junior bakal berhasil. Menurut dia, Bayern telah membuktikan sebagai klub yang tak kekurangan talenta. “Lihatlah tim saat ini. Ada Schweinsteiger, Lahm, Müller, Badstuber, Kroos, dan Alaba. Lalu, ada Kraft di Hertha Berlin,” urai dia. “Banyak orang berbicara soal Barcelona dan para bakat mudanya, padahal kami juga tidak buruk-buruk amat.” (Sepp Ginz)

Basti Impikan Belanda

28 Dec
Mark van Bommel, Klaas-Jan Huntelaar and Toni Kroos

Laga Jerman versus Belanda di final Piala Eropa 2012 menjadi salah satu impian terbesar Bastian Schweinsteiger untuk tahun depan. (Foto: http://www.torwart.de)

TAHUN BARU segera mendekat. Seperti biasa, hampir setiap orang merenda asa baru untuk 2012. Bagi Bastian Schweinsteiger, salah satu impian terbesarnya tahun depan adalah berada di Kyiv pada 1 Juli alias berlaga di partai final Piala Eropa 2012. Impian itu pun akan semakin lengkap bila lawan yang dihadapi adalah Belanda.

“Jerman versus Belanda akan menjadi laga yang sangat panas. Tapi, tim yang paling konsisten selama bertahun-tahun adalah Spanyol dan kami, Jerman,” ucap Basti dalam wawancara yang dimuat Augsburger Allgemeine Zeitung.

Impian itu jelas bukan kemustahilan. Berdasarkan pengundian dan jadwal yang telah dirilis, Jerman dan Belanda yang tergabung dalam satu grup dipastikan hanya bisa kembali bertemu di partai puncak andai sama-sama lolos dari penyisihan grup.

Sudah barang tentu, Basti berharap Jerman yang nantinya akan menggondol trofi Henry Delaunay. Dia yakin Der Panzer cukup kuat untuk mengalahkan setiap lawan, tak terkecuali juara bertahan Spanyol.

“Spanyol sangat bagus. Mereka punya permainan apik dan variasi taktik yang juga bagus. Lalu, dengan Puyol, Xavi, dan Iniesta, mereka punya keunggulan dalam hal pengalaman. Itu membuat mereka lebih unggul. Perlu hari baik untuk mengalahkan Spanyol. Tapi kami saat ini mampu melakukan hal itu. Kami sudah mendekati kualitas Spanyol walaupun masih ada beberapa yang perlu diperbaiki,” terang Basti lagi.

Secara spesifik, Basti yang tampil pertama kali di Piala Eropa pada 2004 menunjuk variasi taktik sebagai hal yang perlu dibenahi. Menurut dia, itulah yang tak disiapkan saat mereka bersiap menuju Piala Dunia 2010. Selain itu, Basti juga menilai Jerman belum cukup cepat dalam melakukan serangan. Padahal, seperti ditegaskan pelatih Joachim Löw, gaya main Jerman adalah kombinasi penguasaan bola dan serangan yang cepat. (Sepp Ginz)

Götze Paling Disukai

26 Dec
Mario Goetze

Baru dua musim mengemuka, popularitas Mario Götze sudah melewati para pemain yang lebih berpengalaman di Bundesliga 1. (Foto: http://www.ruhrnachrichten.de)

SINAR BENDERANG terus menaungi Mario Götze. Walau cedera, kartu merah, dan keterpurukan Borussia Dortmund di Liga Champions mewarnai kiprahnya musim ini, itu ternyata tak sanggup menutupi kekaguman para pencinta Bundesliga 1. Buktinya, dalam survei yang dilakukan EBS Universität, Götze tercatat sebagai pemain dengan popularitas terbesar.

Dalam penelitian yang dikomandani Prof. Sascha Schmidt itu, Götze dipilih oleh 17,4 persen responden. Di belakangnya berturut-turut adalah Thomas Müller (8,0%), Raul Gonzalez (6,5%), Arjen Robben (6,0%), dan Bastian Schweinsteiger (5,7%). Responden penelitian yang dilakukan untuk kepentingan Deutscher Fussball Liga (DFL) itu adalah 2.000 orang di seluruh Jerman yang diwawancarai secara langsung dan 3.000 lainnya yang mengikuti via survei online.

Satu hal yang menarik dari penelitian itu, meskipun sekitar 81,5 persen responden menggandrungi musik dan 75,4 persen mengaku menyukai film dan televisi, sekitar 50 persen responden tak menyebutkan nama artis saat ditanya soal favoritnya. Mereka justru menyebut nama pemain sepak bola.

“Pemain sepak bola saat ini punya peran signifikan sebagai role model di masyarakat. Para bintang Bundesliga memiliki pengaruh besar ke segala kelompok umur. Bagi anak-anak dan remaja, mereka bahkan terkadang lebih dipuja ketimbang anggota keluarga sendiri,” jelas Schmidt seperti dikutip Spox.com.

Selain menguak pemain yang paling dipuja saat ini, banyak hal lain yang dihasilkan dari penelitian yang dikomandani Schmidt. Salah satunya, mereka menemukan bahwa Lukas Podolski adalah figur dengan ikatan terkuat dengan klubnya. Sementara Ivica Olic adalah pemain yang dinilai memiliki antusiasme bertanding paling besar. (Sepp Ginz)

Löw Samai Vogts

26 Dec
Berti Vogts and Joachim Loew

Seperti halnya Berti Vogts jelang Piala Eropa 1996, Joachim Löw juga mendapatkan anugerah Mann des Jahres dari Kicker jelang Euro 2012. (Foto: http://www.fifa.com)

ENAM BULAN sebelum Piala Eropa, Joachim Löw mendapatkan penghargaan dari majalah olahraga terkemuka Jerman, Kicker. Pelatih timnas Jerman itu dinobatkan sebagai Mann des Jahres atau tokoh tahun ini yang khusus diberikan kepada tokoh-tokoh yang berkecimpung di sepak bola.

Hal yang menarik, Löw menyamai jejak Hans-Hubert “Berti” Vogts yang menerima penghargaan serupa pada pengujung 1995 atau enam bulan sebelum Euro 1996 yang lantas dimenangi Jerman. Tak heran bila Kicker pada penutup beritanya soal ini mengajukan pertanyaan, “Apakah sejarah akan berulang?”

Terpilihnya Löw tak terlepas dari kiprahnya sebagai pelatih Der Panzer. Selain membawa Bastian Schweinsteiger cs. meraih poin sempurna di kualifikasi Piala Eropa, dia pun mampu memadukan pemain-pemain muda yang bermunculan dengan sangat baik. Namun, menurut Kicker, poin terpenting adalah kemampuan Löw menerapkan gaya main yang khas dan sangat baik di timnya.

Mengenai penghargaan yang diterimanya itu, Löw tak menilainya sebagai prestasi pribadi. “Saya senang. Saya menganggap penghargaan ini sebagai apresiasi bagi tim atas performa mereka. Saya sungguh bangga,” kata dia.

Penghargaan Mann des Jahres sendiri baru diadakan Kicker sejak 1990. Löw adalah pelatih timnas Jerman keempat yang memperolehnya. Selain Vogts pada 1995, sosok lain yang menyabetnya adalah Franz Beckenbauer pada 1990 dan Rudi Völler pada 2000. (Sepp Ginz)

Magath: Contohlah Schweinsteiger!

18 Dec

TAK PEDULI dinilai apa pun. Satu hal yang pasti, semua yang dilakukan tidak dimaksudkan untuk tujuan buruk. Begitulah prinsip yang dipegang Felix Magath. Makanya, pelatih VfL Wolfsburg itu seperti menutup telinga ketika ada pihak yang mengecam metodenya yang keras dalam menangani pemain.

Menurut Magath, itu adalah cara dia mendidik pemain untuk menjadi lebih bagus. “Saya ingin membantu para pemain. Tapi, terserah mereka juga bagaimana melihatnya. Ada beberapa yang tak mau berubah, ada yang mampu memahaminya,” jelas pelatih berjuluk Qualix itu dalam wawancara dengan BZ Berlin.

Secara khusus, eks gelandang tangguh yang mencetak gol tunggal kemenangan Hamburger SV atas Juventus di final Liga Champions 1982-83 itu menunjuk Bastian Schweinsteiger sebagai contoh pemain yang memiliki pemahaman baik terhadap metodenya. “Seusai Piala Eropa 2004, saya menurunkan dia selama dua pekan ke tim amatir. Itu agar dia menyadari siapa dirinya setelah turnamen itu. Dia mengerti akan situasi itu dan sanggup kembali dengan baik. Saya kira kesempatan itu benar-benar menolong dia,” papar Magath.

Masa awal kedatangan Magath memang menjadi ujian besar bagi Schweinsteiger. Terutama terhadap mentalnya. Meski menjadi bagian timnas Jerman di Piala Eropa, Schweinsteiger seolah tak ada apa-apanya di mata Magath. Dalam sebuah wawancara, Schweinsteiger pernah mengisahkan awal perjumpaannya dengan Magath.

“Aku ingin menyapa dia, tapi dia kemudian bertanya, ‘Kamu siapa?’ Aku jawab, ‘Bastian Schweinsteiger. Lucunya, aku kemudian cedera dan harus istirahat sepuluh hari. Setelah sesi latihan pertama (pascacedera), kami akan berangkat ke Mainz. Dia bilang, semua pemain akan berangkat. Aku lalu bertanya, ‘Apakah aku juga ikut?’ Dengan sangat serius, dia balik bertanya, ‘Ah… Kamu siapa?'” kisah Basti.

Nah, Basti mampu melewati ujian dari Magath itu dengan baik. Faktanya, setelah tiga pekan awal hanya membela tim Bayern Amatir, dia langsung turun sebagai pemain pengganti pada pekan keempat Bundesliga 1. Sepanjang musim, dia termasuk pemain yang cukup diandalkan. Magath menurunkan Basti dalam 26 laga yang 16 di antaranya sebagai starter. Mentalitas Basti yang kuat itulah yang tak Magath lihat pada beberapa pemain yang sempat dia parkir di tim amatir Wolfsburg dan FC Schalke 04. (Sepp Ginz)